Renungan untuk Bumi

Jumat, 25 Januari 2013


 Hari ini bumi yang kita cintai ini tidak lagi menjadi tempat yang nyaman untuk dihuni. Manusia menjadikannya arena kompetisi, berlomba saling ingin menjadi nomor satu, menjadi paling hebat, paling kaya, paling terhormat, paling populer, paling berkuasa hingga mereka menjadi gila. Kegilaan ini tercermin dari prilaku dan tindakan mereka yang tidak lagi memfungsikan hati nurani tapi terjebak dalam kendali hawa nafsu. Demi mewujudkan hasrat gilanya, manusia harus mengalahkan pesaing-pesaingnya agar bisa memegang kendali dibumi ini dengan membenarkan segala cara. Saling sikut, saling jebak, saling fitnah bahkan saling membinasakan. Setelah sumbu kendali ada ditangannya, tindakan selanjutnya adalah mengeksploitasi alam semau mereka, layaknya alam ini adalah otoritas mereka. Hasil-hasil dibumi dikeruk tanpa mempertimbangkan dampak buruk bagi bumi sendiri. Sumber-sumber energi diserap dengan menyisakan tumpukan residue yang menggangu kestabilan siklus alam, tidak puas dengan itu semua penghuni bumi lain juga diburu untuk dijadikan santapan dan bahkan hanya untuk dijadikan permainan serta asesoris untuk melengkapi gaya hidup hura-hura mereka, akibatnya terjadi ketidak seimbangan alam.
Hal ini berlangsung sejak manusia merasa menjadi lebih pintar bahkan menganggap kepintaran mereka sebagai prestasi yang layaknya mendapat pujian dan penghargaan karena merasa telah menghasilkan cara ataupun produk yang memberikan kemudahan bagi segelintir species bumi tapi tidak untuk species lain. Cara dan produk baru terus dikembangkan hingga mereka terlena dan larut akibatnya melupakan tugas dan tanggung jawab mereka yang telah diamanatkan oleh Yang Maha Mengatur sebagai Leader di bumi . Sebagai leader yang justru mengelola dan memanfaatkan sumber daya alam secara bijak sesuai dengan garisan yang telah ditetapkan oleh Yang Maha Bijaksana. Kepintaran yang dianugrahkan oleh Yang Maha Berilmu tanpa disadari oleh manusia sudah mengalami konversi menjadi sebuah kebodohan. Bagaimana tidak segala komponen didalam bumi yang diperuntukan untuk bertahan selama tinggal dibumi tentunya dengan prinsip simbiosis mutualisme tidak lagi berjalan sebagaimana mestinnya. Wujud kebodohan prilaku manusia ini hari ini bisa kita rasakan. Pemanasan global yang menyebabkan terjadinya perubahan iklim yang ekstrim, putusnya rantai makanan yang menyebabkan sejumlah spesies yang punah dan spesies tertentu berkembang biak dengan pesat sehingga menjadi hama dan perusak. Bencana beruntun yang datang baik oleh alam sendiri ataupun oleh tangan manusia seperti tidak memberikan rehat bagi penghuni bumi untuk menjalankan ritual kedukaan dan membenahi segala yang telah hancur Dan tentunya banyak lagi dampak lain yang cepat atau lambat akan menyusul.

Sebagai leader di bumi sudah merupakan kewajiban bagi manusia untuk mengelola segala komponen yang ada di dalamnya agar bisa dimanfaatkan untuk kelangsungan makhluk hidup yang ada didalamnya.
Kenapa manusia yang dipilih oleh Sang Pencipta sebagai mahkluk yang menduduki leader di bumi. Tentunya Dia telah membekali manusia dengan sesuatu yang spesial yakni Kecerdasan. Kecerdasan yang haqiqi tentunya kecerdasan yang ditopang dengan hati nurani bukan hawa nafsu. Bekerja dengan hati nurani artinya akan bergumul dengan segala tantangan dan dihadapkan oleh berbagai perlawanan, oleh karenanya secara kuantitas kelompok ini mudah dihitung dengan jemari. Memang sudah menjadi sunnahnya bahwa kelompok-kelompok kecil selalu bekerja lebih ekstra dibanding kelompok-kelompok mayor walau hanya didukung dengan fasilitas yang minim. Kelompok-kelompok kecil berhaluan kanan cenderung menjalankan hidup dengan memfungsikan hati nuraninya. 

sumber : http://green.kompasiana.com/iklim/2013/01/24/renungan-untuk-bumi-527414.html

0 komentar:

Posting Komentar