Hari
ini bumi yang kita cintai ini tidak lagi menjadi tempat yang nyaman
untuk dihuni. Manusia menjadikannya arena kompetisi, berlomba saling
ingin menjadi nomor satu, menjadi paling hebat, paling kaya, paling
terhormat, paling populer, paling berkuasa hingga mereka menjadi gila.
Kegilaan ini tercermin dari prilaku dan tindakan mereka yang tidak lagi
memfungsikan hati nurani tapi terjebak dalam kendali hawa nafsu. Demi
mewujudkan hasrat gilanya, manusia harus mengalahkan pesaing-pesaingnya
agar bisa memegang kendali dibumi ini dengan membenarkan segala cara.
Saling sikut, saling jebak, saling fitnah bahkan saling membinasakan. Setelah
sumbu kendali ada ditangannya, tindakan selanjutnya adalah
mengeksploitasi alam semau mereka, layaknya alam ini adalah otoritas
mereka. Hasil-hasil dibumi dikeruk tanpa mempertimbangkan dampak buruk
bagi bumi sendiri. Sumber-sumber energi diserap dengan menyisakan
tumpukan residue yang menggangu kestabilan siklus alam, tidak puas
dengan itu semua penghuni bumi lain juga diburu untuk dijadikan santapan
dan bahkan hanya untuk dijadikan permainan serta asesoris untuk
melengkapi gaya hidup hura-hura mereka, akibatnya terjadi ketidak
seimbangan alam.
Hal
ini berlangsung sejak manusia merasa menjadi lebih pintar bahkan
menganggap kepintaran mereka sebagai prestasi yang layaknya mendapat
pujian dan penghargaan karena merasa telah menghasilkan cara ataupun
produk yang memberikan kemudahan bagi segelintir species bumi tapi tidak
untuk species lain. Cara dan produk baru terus dikembangkan hingga
mereka terlena dan larut akibatnya melupakan tugas dan tanggung jawab
mereka yang telah diamanatkan oleh Yang Maha Mengatur sebagai Leader di
bumi . Sebagai leader yang justru mengelola dan memanfaatkan sumber daya
alam secara bijak sesuai dengan garisan yang telah ditetapkan oleh Yang
Maha Bijaksana. Kepintaran yang dianugrahkan oleh Yang Maha Berilmu
tanpa disadari oleh manusia sudah mengalami konversi menjadi sebuah
kebodohan. Bagaimana tidak segala komponen didalam bumi yang
diperuntukan untuk bertahan selama tinggal dibumi tentunya dengan
prinsip simbiosis mutualisme tidak lagi berjalan sebagaimana mestinnya.
Wujud kebodohan prilaku manusia ini hari ini bisa kita rasakan.
Pemanasan global yang menyebabkan terjadinya perubahan iklim yang
ekstrim, putusnya rantai makanan yang menyebabkan sejumlah spesies yang
punah dan spesies tertentu berkembang biak dengan pesat sehingga menjadi
hama dan perusak. Bencana beruntun yang datang baik oleh
alam sendiri ataupun oleh tangan manusia seperti tidak memberikan rehat
bagi penghuni bumi untuk menjalankan ritual kedukaan dan membenahi
segala yang telah hancur Dan tentunya banyak lagi dampak lain yang cepat
atau lambat akan menyusul.
Sebagai
leader di bumi sudah merupakan kewajiban bagi manusia untuk mengelola
segala komponen yang ada di dalamnya agar bisa dimanfaatkan untuk
kelangsungan makhluk hidup yang ada didalamnya.
Kenapa manusia yang dipilih oleh Sang Pencipta sebagai mahkluk yang menduduki leader di bumi. Tentunya
Dia telah membekali manusia dengan sesuatu yang spesial yakni
Kecerdasan. Kecerdasan yang haqiqi tentunya kecerdasan yang ditopang
dengan hati nurani bukan hawa nafsu. Bekerja dengan hati nurani artinya
akan bergumul dengan segala tantangan dan dihadapkan oleh berbagai
perlawanan, oleh karenanya secara kuantitas kelompok ini mudah dihitung
dengan jemari. Memang sudah menjadi sunnahnya bahwa
kelompok-kelompok kecil selalu bekerja lebih ekstra dibanding
kelompok-kelompok mayor walau hanya didukung dengan fasilitas yang
minim. Kelompok-kelompok kecil berhaluan kanan cenderung menjalankan
hidup dengan memfungsikan hati nuraninya.
sumber : http://green.kompasiana.com/iklim/2013/01/24/renungan-untuk-bumi-527414.html
Posting Komentar