Sejarah perkebunan Teh Kayu Aro tidak lepas dari sejarah perkembangan teh di Indonesia. Perkebunan ini pertama kali dibuka pada tahun 1925 oleh perusahaan Belanda NV HVA (Namblodse Venotschhaaf Handle Vereniging Amsterdam). Pohon teh pertama di perkebunan ini ditanam pada tahun 1929, dan pabrik teh pertama di Kayu Aro berdiri pada tahun 1932, dengan kapasitas produksi 90 ton pucuk teh per hari. Saat ini Perkebunan Teh Kayu Aro berada di bawah pengelolaan PT Perkebunan Nusantara VI.
Keistimewaan Perkebunan Teh Kayu Aro adalah tempat ini merupakan perkebunan teh terluas di dunia dalam satu hamparan, dengan luas mencapai 3020 hektar. Dari segi ketinggian, perkebunan yang terletak di ketinggian 1400-1700 meter dari permukaan laut ini merupakan perkebunan teh tertinggi kedua di dunia setelah perkebunan Darjeeling di India yang berada di ketinggian 400 meter di atas permukaan laut. Namun demikian, keunggulan Perkebunan Teh Kayu Aro adalah lokasinya yang berada di daeah tropis, sehingga produksinya relatif seragam dari waktu ke waktu, serta panen pucuk teh dapat dilakukan sepanjang tahun.
Hasil produksi teh dari Perkebunan Teh Kayu Aro adalah teh hitam, dan diakui sebagai teh hitam dengan cita rasa terbaik di dunia. Teh ini juga merupakan teh favorit keluarga kerajaan Belanda. Sangat mungkin hal ini dipengaruhi dari cara pemetikan dan pengolahan daun teh yang belum berubah dari jaman kolonial Belanda. Pemetikan teh dilakukan menggunakan tangan, agar daun-daun teh muda tidak ikut tercabut dari dahan. Sedangkan pengolahan teh dilakukan dengan proses ortodoks, dengan tidak ditambahkan zat-zat lain seperti pewarna, perasa, atau bahan pengawet, sehingga cita rasa yang dihasilkan adalah cita rasa alami daun teh tersebut. Kurang lebih 80% produk perkebunan ini adalah untuk diekspor, sedangkan sisanya digunakan untuk kepentingan dalam negeri. Oleh karena itu, sangat sulit menemukan produk teh ini di pasaran domestik.
Perkebunan Kayu Aro terletak 550 kilometer di sebelah barat Kota Jambi, dengan lama perjalanan 7-8 jam dari Kota Jambi, melalui Kabupaten Merangin dan Danau Kerinci. Pilihan lainnya adalah dari Kota Padang, menempuh jarak 300 kilometer melalui Taman Hutan Raya Dr. Muhammad Hatta dan Muara Labuh, dengan lama perjalanan 6-7 jam. Jangan kuatir dengan masalah penginapan, karena di Kayu Aro tersedia homestay dengan harga yang sangat terjangkau.
Sebagai seorang pecinta teh, tentunya saya mengidam-idamkan untuk dapat berkunjung ke Perkebunan Teh Kayu Aro. Namun karena aksesnya yang cukup jauh dari kota besar, saya masih belum berkesempatan melihat kebun teh yang menarik ini. Sungguh sebuah impian yang menggoda, berada di tengah-tengah Perkebunan Teh Kayu Aro di bawah naungan Gunung Kerinci, sambil menikmati teh hitam dengan cita rasa terbaik di dunia.
sumber : http://wisata.kompasiana.com/jalan-jalan/2013/01/25/menikmati-teh-terbaik-dari-perkebunan-teh-terluas-di-dunia-528550.html
Posting Komentar